Status Gizi dan Antenatal Care terhadap Kejadian Stunting pada Anak Balita

  • Fitri Diana Astuti Universitas Jenderal Achmad Yani
  • Iin Inayah Universitas Jenderal Achmad Yani
  • Fauziah Rudhiati Universitas Jenderal Achmad Yani
  • Siti Yuyun Rahayu Fitri Universitas Jenderal Achmad Yani
  • Murtiningsih Murtiningsih Universitas Jenderal Achmad Yani

Abstract

This study aims to analyze the factors affecting the incidence of stunting in children under five in the working area of the Lohia Public Health Center, Muna Regency, in 2022. This research method is a quantitative study with a case-control study design. The results showed that 25 respondents (69.4%) had non-standard antenatal care and stunting, and 11 (30.6%) had non-standard and non-stunted antenatal care. While standard antenatal care and stunting amounted to 17 respondents (35.4%), routine antenatal care and stunting amounted to 17 respondents (35.4%). The statistical test obtained a significant value (p-value) of 0.002. In conclusion, there is an important influence between the nutritional status of pregnant women and antenatal care on the incidence of stunting in toddlers at the Lohia Health Center, Muna District.

 

Keywords: Antenatal Care, Pregnant Women, Nutritional Status, Stunting

References

STATUS GIZI DAN ANTENATAL CARE
TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA

Fitri Diana Astuti¹, Iin Inayah², Fauziah Rudhiati³,
Siti Yuyun Rahayu Fitri4 Murtiningsih5
Universitas Jenderal Achmad Yani1,2,3,4,5
fitridianaastuti21@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor terhadap kejadian stunting pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Lohia Kabupaten Muna tahun 2022. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain case-control study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antenatal care tidak standar dan stunting adalah sebesar 25 responden (69,4%), antenatal care tidak standar dan tidak stunting adalah sebesar 11 responden (30,6%). Sedangkan antenatal care standar dan stunting adalah sebesar 17 responden (35,4%), antenatal care standar dan stunting adalah sebesar 17 responden (35,4%). Dari uji statistik diperoleh nilai signifikan (p-value) sebesar 0,002. Simpulan, ada pengaruh yang bermakna antara status gizi ibu hamil dan antenatal care terhadap kejadian stunting pada balita di Puskesmas Lohia, Kabupaten Muna.

Kata Kunci: Antenatal Care, Ibu Hamil, Status Gizi, Stunting

ABSTRACT

This study aims to analyze the factors affecting the incidence of stunting in children under five in the working area of the Lohia Public Health Center, Muna Regency, in 2022. This research method is a quantitative study with a case-control study design. The results showed that 25 respondents (69.4%) had non-standard antenatal care and stunting, and 11 (30.6%) had non-standard and non-stunted antenatal care. While standard antenatal care and stunting amounted to 17 respondents (35.4%), routine antenatal care and stunting amounted to 17 respondents (35.4%). The statistical test obtained a significant value (p-value) of 0.002. In conclusion, there is an important influence between the nutritional status of pregnant women and antenatal care on the incidence of stunting in toddlers at the Lohia Health Center, Muna District.

Keywords: Antenatal Care, Pregnant Women, Nutritional Status, Stunting

PENDAHULUAN
Stunting merupakan kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur akibat adannya kekurangan asupan zat gizi secara kronis (Kemenkes RI, 2018). United Nations Childrens’s Fund (UNICEF) tahun 2020, mengatakan bahwa sebanyak 149,2 juta anak di bawah 5 tahun mengalami stunting (UNICEF et al., 2021). Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi dari pada negara-negara lain di Asia Tenggara (Kemenkes RI, 2018).
Stunting patut mendapat perhatian lebih karena dapat berdampak bagi kehidupan anak sampai tumbuh besar (Damayanti & Susilowati, 2021). Contohnya, stunting juga dapat menurunkan perkembangan kognitif optimal pada anak (Ekholuenetale et al., 2020). Dampak lain yang ditimbulkan akibat anak menderita stunting yaitu kesulitan menguasai sains dan berprestasi dalam olahraga, lebih mudah terkena penyakit degenerative, dan sumber daya manusia berkualitas rendah (Dasman, 2019). Disfungsi psikososial lebih tinggi pada anak stunting dibandingkan kondisi normal. Anak terdeteksi memiliki kepercayaan diri yang rendah dan berisiko pula memunculkan masalah keluarga terutama ketika menginjak usia remaja (Rafika, 2019). Bahkan stunting dapat menyebabkan peningkatkan risiko mortalitas (Wright et al., 2021).
Perkembangan fisik anak yaitu stunting juga berdampak pada kondisi otak serta pertumbuhannya karena dengan terjadinya malnutrisi serta stunting maka system persarafan juga kurang nutrisi dan akhirnya produksi sel sel otak juga tidak bias maksimal sehingga daya piker dan kecerdasan terganggu sebagai akibat sel-sel otak tidak bias berkembang secara maksimal (Anwar et al., 2022).
Provinsi Sulawesi Tenggara adalah provinsi yang memiliki angka stunting tertinggi kedua di pulau Sulawesi, angka prevalensi stunting di Sulawesi Tenggara tahun 2016 yaitu pada tahun 29,6%, tahun 2017 meningkat menjadi 36,4%. Prevalensi stunting pada tahun 2018 berdasarkan status gizi PB/U atau TB/U yaitu 2,67% dengan kategori balita sangat pendek dan kategori balita pendek sebesar 5,25 %. Angka tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2019 berdasarkan status gizi indeks TB/U yaitu kategori balita sangat pendek sebesar 3,25% dan kategori balita pendek sebesar 13,67 % (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2020). Data stunting di Kabupaten Muna tahun 2019 mengalami peningkatan yaitu 44,0%, tahun 2020 yaitu sebesar 31,8% tahun 2021 meningkat sampai 31,90% (Dinas Kesehatan Kabupaten Muna, 2020).
Kabupaten Muna adalah salah satu kabupaten yang mengalami peningkatan prevalensi stunting cukup tinggi dalam kurun waktu satu tahun terakhir serta belum pernah dilakukanya penelitian terkait status gizi di daerah tersebut, menjadi penting untuk dikaji lebih mendalam mengenai masalah kurang gizi tersebut.
Upaya pemerintah dalam mempercepat penanggulangan stunting yairu dengan melahirkan banyak kebijakan, namun pada kenyataannya angka penurunan stunting masih jauh dari yang ditargetkan. Disebabkan masih terdapat banyak masyarakat maupun implementer program di level akar rumput yang belum memiliki penguasaan pengetahuan yang memadai terkait stunting itu sendiri, baik dampaknya, faktor penyebabnya, hingga cara penanggulangannya (Saputri & Tumangger, 2019).
Upaya lain yang telah dilakukan oleh Pemerintah melalui Pusat Kesehatan Terpadu (Posyandu), namun kurang optimal karena belum melibatkan seluruh aspek masyarakat. Kader dan dukun bayi merupakan bagian penting dari masyarakat yang cukup strategis untuk dilibatkan dalam kegiatan ini, karena sangat dekat dengan ibu dan masyarakat (Martha et al., 2020).
Dari 30 Puskesmas yang ada di Kabupaten Muna terdapat 3 Puskesmas dengan jumlah kejadian stunting tertinggi di antaranya adalah Puskesmas Kabawo, Puskesmas Lohia, Puskesmas Labasa. Hasil studi pendahuluan menunjukan bahwa tingkat pengetahuan mengenai stunting masih sangat rendah dan belum pernah diadakan pendidikan kesehatan terkait stunting kepada masyarakat di kabupaten Muna. Jumlah kejadian stunting periode bulan Januari-Desember 2021 di ketiga Puskesmas berturut-turut yaitu, Puskesmas Kabawo 207 kasus, Puskesmas lohia 186 kasus, dan Puskemas Labasa 178 kasus. Selain faktor pengetahuan, budaya berkaitan dengan kebiasaan memberikan makan dan menyusui pada anak masih kurang baik, begitupun dengan pola asuh.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan menggunakan desain case- control study. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu balita dengan anak stunting yang terdiri dari 42 sampel kasus dan 42 sampel. Besar sample dalam penelitian sebanyak 84 responden. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah balita yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Lohia Kab.Muna, Ibu yang memiliki anak yang menderita stunting, balita yang menderita stunting, balita yang memiliki Kartu Identitas Anak (KIA), Ibu yang melakukan ANC selama kehamilan. Variabel independen kesehatan mental ibu, dan antenatal care variable dependen stunting. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu fixed disease sampling. Alat pengumpulan data dengan kuesioner. Analisa data menggunakan uji chi-square untuk univariat dan bivariate dan regresi logistic berganda untuk multivariate.

HASIL PENELITIAN

Tabel. 1
Stunting pada Ibu Balita

Variable Jumlah Persen (%)
Stunting 42 50%
Tidak stunting 42 50%
Jumlah 84 100%

Dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan stunting pada ibu balita di Puskesmas Lohia, Kabupaten Muna adalah dari 84 orang terdapat 42 responden (50,0%) termasuk dalam kategori stunting dan 42 (50,0%) responden termasuk kedalam kategori tidak stunting.

Tabel. 2
Hubungan Status Gizi Ibu Saat Hamil Ibu dengan Kejadian stunting

Variable Status gizi ibu saat hamil Stunting Tidak
stunting OR
(95% CI) p-value
Kurang 18 8 3,188(1,193- 8,520) 0,018
Baik 24 34
Jumlah 42 42

Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat 18 orang balitas dengan status gizi ibu selama hamil yang kurang dan mengalami stunting dan terdapat 34 orang balita dengan status gizi baik dan tidak mengalami stunting. Hasil uji statistic menunjukan (OR 3, 188, p=0,018), nilai tersebut menjelaskan bahwa ada pengaruh bermakna antara status gizi ibu hamil dengan kejadian stunting pada balitas di Puskesmas Lohia, Kabupaten Muna.

Tabel. 3
Hubungan Antenatal Care dengan Kejadian Stunting

Variable Antenatal Care Stunting Tidak
stunting OR
(95% CI) p-value
Tidak standar 25 11 4,144(1,646- 10,435) 0,002
Standar 17 31
Jumlah 42 42

Untuk antenatal care terdapat pengaruh dengan kejadian stunting (OR 4,144, p=0,002). Menunjukkan bahwa antenatal care tidak standar dan stunting adalah sebesar 25 responden (69,4%). Dan antenatal care tidak standar dan tidak stunting adalah sebesar 11 responden (30,6%). Sedangkan antenatal care standar dan stunting adalah sebesar 17 responden (35,4%). Dan antenatal care standar dan stunting adalah sebesar 17 responden (35,4%). Dari uji statistik diperoleh nilai signifikan (p-value) sebesar 0,002, artinya pada alpha 5% (0,05) terdapat pengaruh yang bermakna antara antenatal care dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Lohia, Kabupaten Muna.

PEMBAHASAN
Karakteristik responden berdasarkan status gizi saat hamil kategori baik dengan persentase 69,0% dan kurang dengan persentase 31,0%. Status gizi dan kesehatan ibu sebelum kehamilan, saat hamil hingga menyusui merupakan periode yang sangat kritis. Mulai dalam kandungan janin akan tumbuh dan berkembang yang meliputi bertambahnya berat badan, panjang badan dan perkembangan otak serta organ vital lainnya. Untuk mencegah risiko terjadinya KEK harus mempunyai LILA ≥23,5cm.
Hasil peneltian Lestari dkk, 2019 menunjukkan bahwa 137 orang menunjukkan bahwa Ibu dengan LILA normal 111 orang (81%) sedangkan status gizi ibu dengan LILA KEK 26 orang (19%). Ibu yang berstatus gizi baik mempunyai LILA ≥23,5 cm dan LILA yang kurang atau KEK <23,5cm berisiko mengalami kelahiran berat badan kurang. Kelahiran berat badan yang kurang rentan terserang penyakit infeksi yang akan menghambat petumbuhan sehingga lebih berisiko terjadinya stunting pada balita (Lestari et al., 2019).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfarisi dkk pada tahun 2019 menyatakan terdapat hubungan signifikan antara status gizi ibu selama kehamilan dengan kejadian stunting pada balita usia 6-59 bulan (Alfarisi et al., 2019). Selain itu, penelitian Apriningtyas dan Kristini pada tahun 2019 menerangkan ada hubungan antara tinggi badan ibu, status KEK, penambahan berat badan, dan riwayat paparan zat kimia dengan kejadian stunting (Apriningtyas & Kristini, 2019). Penelitian lain mengemukakan terdapat hubungan antara riwayat KEK pada ibu hamil dengan kejadian stunting pada balita berusia 24-59 bulan (Ismawati et al., 2021). Penelitian tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan bahwa ada hubungan antara riwayat KEK dengan kejadian stunting pada balita (Jannah & Nadimin, 2021). Menurut Permadi dkk,Asupan karbohidrat, energi, pola menyusui dan, tinggi badan, orang, tua, berhubungan dengan, kejadian ,stunting (Permadi et al., 2021).
Pada penelitian ini mengatakan terdapat pengaruh yang bermakna antara antenatal care dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Lohia, Kabupaten Muna. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari dkk bahwa kunjungan ANC saat hamil memiliki hubungan terhadap kejadian stunting di wilayah Kota Batu (Hapsari et al., 2022). Penelitian yang dilakukan oleh Heryanto dkk juga menggambarkan terdapat hubungan antara kunjungan antenatal care dengan kejadian stunting pada anak usia 24–36 Bulan di Kec. Cigandamekar (Heryanto, 2021).
Upaya pemerintah dalam mempercepat penanggulangan stunting yairu dengan melahirkan banyak kebijakan, namun pada kenyataannya angka penurunan stunting masih jauh dari yang ditargetkan. Disebabkan masih terdapat banyak masyarakat maupun implementer program di level akar rumput yang belum memiliki penguasaan pengetahuan yang memadai terkait stunting itu sendiri, baik dampaknya, faktor penyebabnya, hingga cara penanggulangannya (Saputri & Tumangger, 2019).
Upaya lain yang telah dilakukan oleh Pemerintah melalui Pusat Kesehatan Terpadu (Posyandu), namun kurang optimal karena belum melibatkan seluruh aspek masyarakat. Kader dan dukun bayi merupakan bagian penting dari masyarakat yang cukup strategis untuk dilibatkan dalam kegiatan ini, karena sangat dekat dengan ibu dan masyarakat (Martha et al., 2020). Frekuensi ANC yang sesuai perlu dilakukan oleh ibu hamil dengan tinggi badan pendek. Hal ini adalah upaya untuk mengoptimalkan status kesehatan, sehingga kejadian BBLR yang merupakan faktor risiko kejadian stunting tidak terjadi. Diperlukan strategi pemerintah untuk meningkatkan frekuensi kunjungan ANC dengan mempertimbangkan komponen pelayanan (Rahayu et al., 2019).
Kepatuhan kunjungan Antenatal Care diartikan sebagai ketaatan dalam berkunjung
ketempat pelayanan kesehatan yang disarankan oleh tenaga kesehatan, kunjungan ini bertujuan untuk memantau keadaan ibu dan janin dengan saksama, sehingga dapat mendeteksi secara dini komplikasi yang mungkin terjadi pada saat kehamilan dan dapat memberikan intervensi secara tepat (Lorensa et al., 2021).
Pengetahuan ibu hamil sebagai indikator seseorang dalam melakukan suatu tindakan, pengetahuan merupakan faktor penting yang mempengaruhi motivasi ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC. Bagi ibu dengan pengetahuan yang tinggi mengenai kesehatan kehamilan menganggap kunjungan ANC bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban, melainkan menjadi sebuah kebutuhan untuk kehamilannya. Sehingga sangat penting bagi ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC (Wardani et al., 2022).
Proses terjadinya stunting dilalui dengan proses yang panjang, diawali dengan gagal tumbuh baik yang terjadi selama kehamilan maupun setelah lahir dua sampai tiga tahun pertama kehidupan. Dengan demikian pemeriksaan pada Antenatal Care (ANC) merupakan faktor yang penting untuk mencegah terjadinya stunting. Menurut Kemenkes (2016), 10T pemeriksaan kehamilan terdiri dari: mengukur tinggi badan ibu, mengukur LILA, menimbang BB ibu dan mengukur tekanan darah, mengukur TFU, menghitung detak jantung janin, status imunisasi TT, memberikan tablet Fe, pemeriksaan lab, konseling, tatalaksana/ dan pengobatan. Pemeriksaan 10T ini merupakan pemeriksaan yang wajib diberikan kepada ibu hamil untuk deteksi dini pada ibu hamil agar dapat ditangani lebih jika terdapat masalah atau penyulit (Heryanto, 2021).
Pelayanan kesehatan ibu dan anak meliputi antenatal care yang di laksanakan sejak kehamilan sampai post partum. Untuk antenatal care yang menjadi indikator adalah kunjungan pertama ibu hamil pada trimester pertama dan kunjungan keempat ibu hamil pada trimester III, yang dilakukan pada tempat pelayanan kesehatan. Asuhan antenatal ini di berikan untuk mendapatkan kondisi yang sehat bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan atau pengetahuan sehubungan dengan kehamilannya. Ibu hamil dapat juga mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayinya sedini mungkin dan memahami perubahanperubahan yang dialaminya. Antenatal care (ANC) penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal selama kehamilan, sebab setiap saat kehamilan ini dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi (Silmiyanti & Idawati, 2019).


























Alfarisi, R., Nurmalasari, Y., & Nabilla, S. (2019). Status Gizi Ibu Hamil dapat Menyebabkan Kejadian Stunting pada Balita. Jurnal Kebidanan, 5(3), 271–278. http://dx.doi.org/10.33024/jkm.v5i3.1404

Anwar, S., Winarti, E., & Sunardi, S. (2022). Systematic Review Faktor Risiko, Penyebab Dan Dampak Stunting Pada Anak. Jurnal Ilmu Kesehatan, 11(1), 88. DOI:10.32831/jik.v11i1.445

Apriningtyas, V. N., & Kristini, T. D. (2019). Faktor Prenatal yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting Anak Usia 6-24 Bulan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 14(2), 13. DOI:10.26714/jkmi.14.2.2019.13-17

Damayanti, S., & Susilowati, E. (2021). Literature Review : Mengkaji Faktor-Faktor yang Literature Review : Assessing Factors Related to Stunting. Jurnal Kebidanan Khatulistiwa, 7(2), 107–112. https://ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id/index.php/JKK/article/view/610

Dasman, H. (2019). Empat Dampak Stunting bagi Anak dan Negara Indonesia. Universitas Andalas. https://theconversation.com/empat-dampak-stunting-bagi-anak-dan-negara-indonesia-110104

Ekholuenetale, M., Barrow, A., Ekholuenetale, C. E., & Tudeme, G. (2020). Impact of Stunting on Early Childhood Cognitive Development in Benin: Evidence from Demographic and Health Survey. Egyptian Pediatric Association Gazette, 68(1). DOI:10.1186/s43054-020-00043-x

Hapsari, A., Fadhilah, Y., & Wardhani, H. E. (2022). Hubungan Kunjungan Antenatal Care dan Berat Badan Lahir Rendah terhadap Kejadian Stunting di Kota Batu. JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan), 5(2), 108–114. DOI:10.33006/ji-kes.v5i2.258

Heryanto, M. L. (2021). Kunjungan Antenatal Care dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24 – 36 Bulan. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 16(1), 1–8. DOI:10.36911/pannmed.v16i1.1043

Ismawati, V., Kurniati, F. D., Suryati, S., & Oktavianto, E. (2021). Kejadian Stunting pada Balita Dipengaruhi oleh Riwayat Kurang Energi Kronik pada Ibu Hamil. Syifa’ MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 11(2), 126. DOI:10.32502/sm.v11i2.2806

Jannah, M., & Nadimin, N. (2021). Riwayat Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ibu dan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Turikale. Media Kesehatan Polteknik Kesehatan Makassar, XVI(2), 343–352. https://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediakesehatan/article/view/2421

Kemenkes RI. (2018). Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan RI, 301(5), 1163–1178

Lestari, P. D., Rohmah, N., & Utami, R. (2019). Hubungan Status Gizi Ibu Saat Hamil dengan Kejadian Stunting pada Balita. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember, 26, 1–9. http://repository.unmuhjember.ac.id/5047/11/k.%20ARTIKEL%20JURNAL.pdf

Lorensa, H., Nurjaya, A., & Ningsi, A. (2021). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Sikap Ibu Hamil dengan Kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Balla, Kecamatan Balla, Kabupaten Mamasa. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(5), 1491–1497. https://stp-mataram.e-journal.id/JIP/article/view/926

Martha, E., Nadira, N. A., Sudiarti, T., Mayangsari, A. P., Enjaini, E. F., Ryanthi, T. P., Bangun, D. E., Indonesia, K. U., & Depok, K. (2020). The Empowerment Of CADRES and Medicasters in the Early Detection and Prevention Stunting. The Indonesian Journal of Public Health, 15(2), 153–161. DOI:10.20473/ijph.vl15il.2020.153-161

Permadi, M. R., Hanim, D., & Kusnandar. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Skripsi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 6-24 Bulan. Jurnal Gizi Prima, 6(1), 75–81. http://jgp.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/article/view/251/153

Rafika, M. (2019). Dampak Stunting pada Kondisi Psikologis Anak. Buletin Jagaddhita, 1(1), 1–4. https://core.ac.uk/download/287196318.pdf

Rahayu, H. K., Kandarina, B. I., & Wahab, A. (2019). Antenatal Care Visit Frequency of Short Stature Mother As Risk Factor of Stunting Among Children Aged 6-23 Months in Indonesia (IFLS 5 Study Analysis). Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics, 7(3), 107–113. https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/article/view/1335

Saputri, R. A., & Tumangger, J. (2019). Munich Personal RePEc Archive Hulu-Hilir Penanggulangan Stunting di Indonesia. Jurnal of Political Issues, 1(97671). https://mpra.ub.uni-muenchen.de/97671/

Silmiyanti, S., & Idawati, I. (2019). Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil di Puskesmas. Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora, 7(5), 674–684. https://ojs.serambimekkah.ac.id/serambi-akademika/article/view/1524/0

UNICEF, WHO, & WORLD BANK. (2021). Levels and trends in child malnutrition; UNICEF/WHO/World Bank Group-Joint child malnutrition estimstes 2021 edition. World Health Organization, 1–32

Wardani, F. K., Oktafirnanda, Y., & Sikumbang, S. R. (2022). Analisis Faktor Ketepatan Kunjungan Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil di Desa Seumanah Jaya Aceh Timur. 6(2), 76–81. http://dx.doi.org/10.32536/jrki.v6i2.218

Wright, C. M., MacPherson, J., Bland, R., Ashorn, P., Zaman, S., & Ho, F. K. (2021). Wasting and Stunting in Infants and Young Children as Risk Factors for Subsequent Stunting or Mortality: Longitudinal Analysis of Data from Malawi, South Africa, and Pakistan. Journal of Nutrition, 151(7), 2022–2028. DOI:10.1093/jn/nxab054
Published
2023-03-05
Abstract viewed = 263 times
pdf downloaded = 150 times

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>