Kajian Semiotik Fabel Merauke dalam Antologi Cerita Binatang dari Tanah Papua

Authors

Yuni Ratna Purwaningsih Universitas Musamus
Survey Sijabat Universitas Musamus

DOI:

https://doi.org/10.31539/kibasp.v8i2.13850

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggali makna dan nilai budaya dalam lima cerita fabel Merauke dalam Antologi Cerita Binatang dari Tanah Papua yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan melakukan obeservasi terhadap teks sastra berupa lima cerita fabel Merauke yaitu ‘Seniap, Keong Kecil’, ‘Burung Pombo’, ‘Berap dan Roh’, ‘Been, Burung Malam’, dan ‘Anjing dan Ikan’. Penelitian ini memiliki dua jenis data yakni data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakanadalah lima cerita fabel, sedangkan data sekunder adalah hasil wawancara dengan tokoh-tokohadat dan sumber-sumber penelitian terdahulu untuk mengetahui makna-makna dari simbol dan tanda yang muncul dalam cerita fabel. Dalam cerita fabel terdapat simbol-simbol yang erat terkait dengan nilai-nilai masyarakat lokal. Hal tersebut membuat fabel dapat dikaji menggunakan kajian semiotik Roland Barthes. Teori Semiotik Barthes dapat digunakan untuk memahami cara makna dihasilkan dan diinterpretasi melalui simbol dan tanda. Makna konotasi dan denotasi kemudian melahirkan mitos yakni cara budaya menggunakan tanda-tanda yang muncul dalam fabel untuk membangun narasi tertentu. Karakter dan cerita yangada dalam fabel memiliki makna mitologis sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam suatu kelompok masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah cerita fabel Merauke memunculkan tokoh dan elemen yang memiliki kaitan erat dengan hubungan masyarakat Malind Anim dengan alam dan Dema yakni roh leluhur. Binatang-binatang yang dimunculkan memiliki makna mendalam dan mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam semesta di sekelilingnya.

Kata Kunci: Dema, Denotasi, Konotasi, Malind Anim, Mitos

References

Anggawirya, A. M. dkk. (2023). Disaster Mitigation and Forest Preservation in Marind-Anim Literature. Edulite. 8(1). 227-241.

Barker, C. (2014). Kamus Kajian Budaya. Yogyakarta: Kanisius.

Gordon, R. S. C. (2023). Modern Luck: Narratives of Fortune in the Long Twentieth Century. London: UCL Press.

Grenby, M. O. (2008). Children’s Literature. Edinburgh: Edinburgh University Press.

Harahap, R. (2022). Fabel. Bogor: Guepedia.

Hererra-Sobek, M. (2012). Celebrating Lation Folklore: An Encyclopedia of Cultural Tradition. California: ABC-CLIO.

Ida, R. (2016). Studi Media dan Kajian Budaya. Jakarta: Prenadamedia Group.

Ilan, T. (2019). A Fables on Two Mosquitoes from the Babylonian Talmud: Observation on Genre and Gender dalam Parables in Changing Contexts. Essays on the Study of Parables in Christianity, Judaism, Islam and Buddhism 49–159. Brill. https://doi.org/10.163/97890044175260-009

Istiqomah, N., & Giovani, E. (2023). Nilai Religius dalam Lagu Rakyat Malind-Anim Merauke: Kajian Sosiologi Sastra. Jurnal KIBASP. 7(1). 383-398.

Meinarno, E.A., Widianto, B., & Halida, R. (2023). Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat. Penerbit Salemba.

Nugie, (2015). Pulau Pombo Bakal Menjadi Salah Satu Destinasi Wisata Di Merauke. https://portal.merauke.go.id/news/1969/pulau-pombo-bakal-menjadi-salah-satu-destinasi-wisata-di-merauke.html. Diakses tanggal 17 Oktober 2014.

Sardiana, E., Marliani, C., & Fuad Z.A. (2020). Analisis Nilai Karakter yang Terkandung pada Buku Fabel Anak. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan, 1(1), 1–14.

Saussure, F. de. (1988). Pengantar Linguistik Umum (R. S. Hidayat, Ed.).Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Reistanti, A. P. (2017). Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Penulisan Cerita Fabel oleh Siswa Kelas VIII E di SMP 2 Muhammadiyah Surakarta. Kajian Linguistik Dan Sastra, 2(2). 126-140.

Yelly, P. (2019). Analisis Makhluk Superior (Naga) dalam Legenda Danau Kembar (Kajian Semiotika Roland Barthes; Dua Petandaan Jadi Mitos. Jurnal Serunai Bahasa Indonesia. 16(2).(121-125).

Yulsafli, Y. (2020). Kode-Kode Budaya Dalam Fabel Masyarakat Aceh. Jurnal Metamorfosa, 8(2), 137–153. https://doi.org/10.46244/metamorfosa.v8i2.1111