Penanda Kesantunan Berbahasa Pelaku Wisata: Kajian Sosiopragmatik
Abstract
Penelitian ini membahas mengenai penanda kesantunan para pelaku wisata di Kota Parapat, Danau Toba. Kondisi masyarakat multietnis secara tidak langsung mempengaruhi model bahasa para pelaku wisata di daerah ini seperti resepsionis, pemandu wisata, penjual souvenir, pegawai hotel, petugas pelabuhan, pedagang dan penyedia jasa lainnya. Untuk itu, kajian sosiopragmatik dengan pendekatan lintas budaya sangat tepat digunakan. Penelitian ini berbentuk kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi, catatan lapangan, simak dan rekam, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan para pelaku layanan wisata menggunakan berbagai penanda kesantunan berbahasa yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti situasi keformalan, upaya menjaga perasaan pengunjung, membujuk, menjaga kesantunan serta keuntungan finansial. Tidak jarang pelaku layanan wisata juga menggunakan sapaan kedaerahan makna kiasan dan martarombo sebagai upaya menunjukkan kesantunan. Jadi, pelaku wisata di kota Parapat menggunakan berbagai penanda kesantunan verbal dan non-verbal dalam register pelayanan pariwisata untuk melayani wisatawan.
Kata Kunci: Kesantunan Berbahasa, Layanan Wisata, Lintas Budaya
References
Brunet, P. M., Cowie, R., Donnan, H., & Douglas-Cowie, E. (2012). Politeness and social signals. In Cognitive Processing 13(2). Springer Verlag. https://doi.org/10.1007/s10339-011-0418-8
Culpeper, J., & Terkourafi, M. (2017). Pragmatic approaches (im)politeness. In The Palgrave Handbook of Linguistic (Im)politeness (pp. 11–39). Palgrave Macmillan. https://doi.org/10.1057/978-1-137-37508-7_2
Guirdham, M. (1999). Communicating Across Cultures. In Communicating Across Cultures. Macmillan Education UK. https://doi.org/10.1007/978-1-349-27462-8
Halliday, M. A. K. & Hasan, R. (1989). Language, context, and text: Aspects of language in a social-semiotic perspective. Oxford University Press.
Haugh, M., & Kádár, D. Z. (2017). Intercultural (im)politeness. In The Palgrave Handbook of Linguistic (Im)politeness (pp. 601–632). Palgrave Macmillan. https://doi.org/10.1057/978-1-137-37508-7_23
Husda, A., Leyli, E., & Saragih, L. (n.d.). Taboo words in hate speech through Social Media.
Kádár, D. Z., & House, J. (2021). “Politeness Markers†Revisited - A Contrastive Pragmatic Perspective. In Journal of Politeness Research (Vol. 17, Issue 1, pp. 79–109). De Gruyter Open Ltd. https://doi.org/10.1515/pr-2020-0029
Kaharuddin, Napitupulu, J., Juliana, Pramono, R., & Saragih, E. L. L. (2021). Determinants of tourist attraction of the heritage tourism doi: Https://doi.org/10.14505/jemt.v8.3(19).01. Journal of Environmental Management and Tourism, 12(2). https://doi.org/10.14505//jemt.12.2(50).19
Lakoff, R. (1990). Talking Power: The Politics of Language in Our Lives. Harper Row Publisher.
Mahulae, P. J. M. (2019). Deskripsi Permasalahan Upaya Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Danau Toba Sumatera Utara. Jurnal Inovasi, 16(1), 11–20.
Mansor, N., Yusniza, A. &, & Abstrak, Y. (n.d.). Political Managements and Policies in Malaysia Kesantunan Bahasa Dalam Kalangan Pelajar IPT: Satu Kajian Perbandingan Etnik.
Purnomo, B. (2012). Pengaruh Ketidaksantunan Berbahasa Pelaku. Prosiding Seminar Nasional “Ketidaksantunan Berbahasa Dan Dampaknya Dalam Pembentukan Karakter,†1, 105–114.
R, S. J. (1979). Expression and Meaning: Studies in The Theory of Speech Act. Cambridge University Press.
Riana, R., Setiadi, S., & Pratamanti, D. (2016). Kesantunan berbahasa sebagai sebuah Strategi untuk mempersuasikan promosi sekolah tinggi ilmu ekonomi pariwisata indonesia (stiepari) semarang. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 18 (2).
Spencer O. H. J. (2003). Explaining Cross-Cultural Pragmatic Findings: Moving from Politeness Maxims to Sociopragmatic Interactional Principles (SIPs). Journal of Pragmatic, 35 (10), 1633–1650.
Susanthi, I. G. A. A. D, & Warmadewi, A. A. I. M. (2020). Kesantunan dalam percakapan pemandu wisata di Ubud Bali. KULTURISTIK: Jurnal Bahasa Dan Budaya, 4(1), 22. https://doi.org/10.22225/kulturistik.4.1.1557